Strategi Pemasaran Pariwisata Alternatif di Bali
Synopsis
Pariwisata global termasuk di Bali sempat mengalami masa pelik ketika wabah covid-19 melanda. Anjloknya permintaan (demand) berpengaruh terhadap penawaran (supply) yang tersedia. Hal ini praktis menimbulkan efek domino bagi pelaku pariwisata. Tidak sedikit pelaku pekerja di sector pariwisata yang dirumahkan tanpa mendapat penghasilan, begitupun pemilik usaha akomodasi, restoran, travel agent dan produk-produk pariwisata lainnya mengalami kerugian secara finansial. Beberapa hotel di Bali bahkan dijual karena pemiliknya tidak sanggup lagi menanggung biaya operasional, sementara tidak ada pendapatan sama sekali. Kini, geliat pariwisata sudah mulai terlihat. Hotel, vila, penginapan sudah mulai beroperasi seperti semula. Sarana transportasi pun mulai beraktivitas seperti sedia kala. Singkatnya produk-produk pariwisata sudah mulai berkinerja. Jumlah kunjungan wisatawan domestic dan mancanegara juga terus mengalami peningkatan, terlebih aturan PPKM sudah dicabut oleh Presiden RI. Ini tentu memberikan peluang sekaligus tantangan bagi pelaku pariwisata khususnya di Bali untuk berbenah diri.
Berkaca dari fenomena tersebut, sudah saatnya melihat kembali ketersediaan potensi wisata yang dimiliki dan disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Orientasinya bukan hanya kepuasan wisatawan, tetapi keseimbangan sumber daya di daerah tujuan wisata. Meminjam pendapat Ike Janita Dewi dalam buku berjudul Implementasi dan Implikasi Kelembagaan Pemasaran Pariwisata yang Bertanggungjawab (Responsible Tourism Marketing) menyatakan bahwa etos dan prinsip pemasaran pariwisata yang bertanggungjawab yakni mengintegrasikan serta menyelaraskan prinsip-prinsip pemasaran pariwisata dengan tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Hal ini bermakna bahwa ada keseimbangan antara kebutuhan wisatan dengan perlindungan sumber daya sosial, budaya, dan lingkungan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Pariwisata alternatif menjadi salah satu strategi dalam mewujudkan pariwisata yang bertanggung jawab tersebut. Tren pariwisata saat ini sudah mengarah pada pariwisata alternatif yang lebih mengedepankan keunikan budaya, eksplorasi alam serta keterlibatan masyarakat lokal. Bali memiliki potensi sangat besar untuk mengembangkan pariwisata alternatif ini. Untuk itu, dalam book chapter ini dipaparkan hasil pemikiran, gagasan dan hasil penelitian dari mahasiswa Program Magister Pariwisata Budaya dan Keagamaan Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar mengenai strategi pemasaran termasuk peluang dan tantangan pemasaran pariwisata alternatif di Bali. Pariwisata sebagai sektor unggulan di Bali sebaiknya tidak terlena dengan gemerlap mass tourism, namun perlu diikuti dengan mengoptimalkan strategi-strategi pemasaran pariwisata alternatif sebagai upaya untuk mewujudkan pemasaran pariwasata yang bertanggung jawab dan memberi manfaat besar bagi masyarakat lokal.